Mata Lokal Fest 2025: Menperin Agus Gumiwang Dukung Upaya Wujudkan Industri Hijau di Indonesia

Jumat, 16 Mei 2025
Mata Lokal Fest 2025: Menperin Agus Gumiwang Dukung Upaya Wujudkan Industri Hijau di Indonesia
Mata Lokal Fest 2025 - Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita hadir sebagai keynote speaker di agenda Summit Mata Lokal Fest 2025, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (8/5/2025).
Editor: Intan Arum

TRIBUNNEWS.COM - Perhelatan tahunan persembahan dari Tribun Network, Mata Lokal Fest 2025 menjadi tempat bertemunya para individu dan entitas lokal inspiratif yang berkolaborasi bersama untuk memberi dampak nyata terhadap lokalisasi SDGs melalui karya terbaiknya. Kegiatan ini digelar pada Kamis, 8 Mei 2025, di Hotel Shangri-La Jakarta. 

Mata Lokal Fest yang digelar pada Kamis, 8 Mei 2025, di Hotel Shangri-La Jakarta ini memiliki tiga agenda utama, yaitu Summit, Award (Mata Lokal Award 2025), dan Festival. 

Salah satu agendanya, yakni Summit Mata Lokal Fest 2025 menjadi forum tingkat tinggi yang mempertemukan para pemangku kepentingan yang aktif menjalankan inisiatif dalam penerapan Sustainable Development Goals (SDGs). 

Banyak hal yang menjadi pembahasan, yakni soal keberlanjutan lokal dengan dampak global. Adapun, para pemangku kepentingan, yakni ada pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, pelaku usaha, sektor industri, organisasi internasional, serta stakeholder lainnya. 

Sesi ketiga ini menghadirkan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai pembicara, dengan mengusung tajuk “Net-Zero Industry Strategies for The Carbonizing Indonesia’s Manufacturing Sector”. 

Berdasarkan data World Bank, Indonesia berada di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added Dunia pada 2023, dengan nilai Manufacturing Value Added mencapai USD255 miliar, meningkat sebanyak USD14 miliar. 

Dari data tersebut, menunjukkan bahwa emisi sektor industri di Indonesia mengalami kenaikan dua kali lipat dan diproyeksikan akan terus naik seiring terjadinya pertumbuhan ekonomi, apabila industri tidak melakukan upaya dekarbonisasi pada tahun 2050. 

Melihat fenomena yang ada, Kementerian Perindustrian pun menyoroti komitmen pemerintah dalam mendorong transformasi industri hijau. Sebagaimana diketahui, Standar Industri Hijau (SIH) adalah pedoman bagi perusahaan industri untuk menjalankan proses produksi yang lebih ramah lingkungan dan efisien. 

Ada beberapa strategi pengembangan industri hijau yang perlu dilakukan oleh sektor industri di Indonesia, yaitu (1) Peningkatan efisiensi sumber daya, seperti bahan baku, air, energi, dan kimia; (2) Produk Hijau dan bahan baku ramah lingkungan; (3) Pemanfaatan Energi Bersih (EBT); (4) Penurunan emisi dan pengendalian limbah; (5) Akomodasi standar berkelanjutan; (6) Penerapan ekonomi sirkular; dan (7) Green Jobs. 

Sejak dua tahun yang lalu, lanjut Menperin Agus, Kemenperin telah menetapkan bahwa sektor manufaktur harus bisa mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050, yaitu 10 tahun lebih cepat dibandingkan dengan target NZE nasional yang dijadwalkan pada tahun 2060. 

“Dengan demikian, kami melibatkan berbagai pihak dalam proses ini, termasuk berkonsultasi dan berkoordinasi dengan sektor pariwisata. Harapannya, langkah ini dapat menekankan kepada seluruh pelaku industri, bahwa meskipun ini merupakan tantangan besar, kami tetap berkomitmen untuk mewujudkan target tersebut. Kami yakin bahwa dengan usaha bersama ini dapat mencapai tujuan tersebut dan mengurangi emisi secara signifikan, bahkan lebih cepat dari yang diharapkan,” ujar Menperin Agus. 

Baca juga: Menperin Bahas Pembiayaan Industri Hijau di Mata Lokal Fest 2025

Guna mencapai target NZE di sektor industri pada tahun 2050 mendatang, Kemenperin bersama dengan Pemerintah menghadirkan Green Industry Service Company (GISCO) yang berperan besar dalam ekosistem industri hijau. 

Menperin Agus menjelaskan, GISCO merupakan salah satu produk inisiatif dari Kementerian Perindustrian untuk mendukung transformasi industri menuju praktik ramah lingkungan. Peran GISCO dalam ekosistem industri hijau ditunjukkan dengan pertama, pendanaan hijau dengan menyediakan solusi pembiayaan untuk perusahaan yang ingin beralih ke teknologi hijau. 

Kedua, implementasi teknologi, GISCO membantu di dalam merancang dan menerapkan teknologi efisiensi energi atau ramah lingkungan. Lalu, ketiga, sertifikasi industri hijau yang membantu perusahaan dapat memperoleh sertifikasi industri hijau yang menjadi bukti komitmen terhadap keberlanjutan. 

“Kami telah merancang berbagai strategi dekarbonisasi yang mencakup beberapa langkah penting. Ini termasuk penerapan mekanisme perdagangan emisi industri, kebijakan pengurangan emisi di sektor industri, serta implementasi ekonomi sirkular yang berkelanjutan,” jelas Menperin Agus. 

Sebagai informasi, Green Industry Service Company (GISCO) berfokus pada empat hal, pertama Kelembagaan, merupakan unit bisnis yang memiliki status hukum resmi di Indonesia dan memiliki ruang lingkup bisnis yang sesuai. Kedua, Kompetensi, memiliki kompetensi SDM dan struktur organisasi yang bersertifikasi sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung implementasi teknologi ramah lingkungan serta solusi efisiensi energi.

Lalu, ketiga, Aliansi Strategis, industri hijau memiliki dan membangun kemitraan aliansi strategis dengan Penyedia Pembiayaan Hijau dan penyedia teknologi ramah lingkungan yang dapat memberikan dampak positif bagi industri dan lingkungan. Terakhir, Adaptif, melakukan upaya untuk terus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan, untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri hijau yang terus berubah. 

Selain itu, ia juga menambahkan, Pemerintah mengembangkan strategi Carbon Capture Utilization (CCU) atau penangkapan dan pemanfaatan karbon, serta menetapkan standar industri untuk mengurangi emisi secara efektif. 

“Semua langkah ini dirancang untuk memastikan bahwa sektor produksi dapat mencapai target NZE dengan efisien dan sesuai dengan waktu yang ditentukan,” tutup Menperin Agus. 

Sesi Summit ini juga turut menggarisbawahi pentingnya ekosistem industri hijau sebagai elemen kunci untuk masa depan Indonesia yang lebih tangguh terhadap situasi global. Upaya ini berjalan guna memastikan bahwa keberlanjutan dan program NZE pada tahun 2050 berjalan dengan optimal. 

Sesi ini sekaligus menegaskan bahwa Kemenperin akan terus menyoroti peluang investasi hijau serta potensi kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan inovasi industri hijau, termasuk penerapan ekonomi sirkular di sektor manufaktur. 

Mata Lokal Fest 2025 jadi Wadah Kolaborasi
Selaras dengan komitmen pemerintah melalui Kementerian Perindustrian dalam mendorong transformasi industri hijau, perhelatan Mata Lokal Fest 2025 juga mengambil peran penting dalam mengakselerasi agenda keberlanjutan. 

Melalui forum Summit yang menghadirkan beragam pemangku kepentingan, termasuk Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, Mata Lokal Fest menjadi wadah strategis untuk mempertemukan inovator lokal, pelaku usaha, hingga pembuat kebijakan dalam menyelaraskan visi pembangunan berkelanjutan. 

Dengan mengusung semangat kolaborasi untuk mencapai Net Zero Emission di sektor industri pada 2050, Mata Lokal Fest turut menegaskan pentingnya kontribusi ekosistem lokal dalam mendukung agenda nasional dekarbonisasi, penerapan ekonomi sirkular, dan penciptaan green jobs di masa depan.

Selain sesi Summit, Mata Lokal Fest 2025 yang mengusung tema “Cutting Edge for Local Sustainability” ini juga menghadirkan dua sesi lainnya, yakni sesi penghargaan pada Mata Lokal Award 2025, dan sesi Festival yang berisi rangkaian acara hiburan dan stan UMKM. 

Mata Lokal Fest 2025 ini juga turut mengundang sosok penting dan inspiratif lainnya sebagai pembicara pada sesi Summit, yaitu Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra Kamrussamad, PH.D, Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Pertanian Dr. Ir Sam Herodian, Menteri UMKM RI Maman Abdurahman, Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, dan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung untuk membahas beragam topik terkait keberlanjutan.